Kembali
Mutia, Gadis Penderita Cerebal Palsy yang Bergantung dari Ayah Penjahit

Mutia, Gadis Penderita Cerebal Palsy yang Bergantung dari Ayah Penjahit

Kulitnya putih bersih dan hidungnya mancung. Jika tertawa begitu riang dan menghangatkan hati. Dia adalah Mutia (24). Namun di balik cantiknya paras Mutia, dia juga merupakan pejuang cerebral palsy atau lumpuh otak. Sehari-hari, hampir di sepanjang hidupnya, dia hanya terbaring kaku di kereta dorong. Gerak tubuhnya terbatas, kedua tangannya menekuk, menggerakkan kepala dan hanya mengandalkan indra pendengaran.

Deden Rudiansyah, ayah Mutia, mengatakan semakin bertambah usia justru perkembagan tubuh Mutia semakin memprihatinkan. "Lahir sih normal cuma dari 10 bulan bisa merangkak. Dari 10 bulan udah bisa merangkak 1 tahun, kok ngedrop jadi gak bisa apa-apa, terus nunggu 2 tahun juga nggak bisa jalan jadinya, nggak curiga mau kayak gini. Terus berobat dari umur 2 tahun sampai 5 tahun berobat jalan terus rutin, cuma ya nasibnya seperti ini nggak sembuh" ucap Deden memulai ceritanya.

Foto:berbuatbaik.id

Deden lah yang bertugas merawat Mutia sementara sang istri bekerja mencari nafkah sebagai karyawan pabrik sepatu. Sehari-hari Deden memberi makan keping biskuit hingga makanan berkuah karena Mutia kesulitan mencerna. Meski sang istri sebagai pemcari nafkah utama, Deden pun tak berpangku tangan.

Lima tahun belakangan, Deden menambahkan pundi-pundi pendapatan keluarganya dari menjahit. Ia memang belum lihai membuat pakaian dari kain, tetapi dia bisa mengecilkan atau merapikan pakaian. Dia memilih profesi sebagai penjahit karena dia sadar Mutia tidak bisa ditinggal dan juga dirinya harus menjaga anaknya yang lain yaitu Karina yang masih 4 tahun. Meskipun Deden dan sang istri bersama mencari nafkah, nyatanya kebutuhan obat Mutia masih terlampau mahal.

Foto:berbuatbaik.id

"Ya gini-gini juga kan anak, pasti sayang semuanya. Kalau masalah harta ya sudah abis lah, pakai berobat harta nggak seberapa juga.
Ya kadang kalau ada rezekinya istilahnya gali lubang tutup lubang kalau kehidupan buat sehari-hari buat anak sekolah. Sayang banget sama anaknya apapun kondisinya. Iya sayang, saya berkorban buat anak kalau berobat maunya anaknya sembuh cuma Tuhan berkata lain," lanjut dia.

Di lain pihak, sang ibu, Nia Kurniasih, mengatakan Mutia sampai saat ini masih mengalami kejang. Oleh karena itu, dia harus memperhatikan benar perubahan kondisi Mutia, termasuk soal kebersihannya.

"Nggak kesakitan, mungkin sudah biasa ya kalau di kak. Biasanya kalau kesakitan kalau posisinya kadang pegal, kadang kalau salah pegangnya dia suka teriak sakit-sakit. Kalau kejang sih dari kecil nggak ada, cuma dari sekarang masih," ucap dia.

Nia dan Deden pun berusaha tegar atas cobaan ini dan masih memupuk harapan suatu saat ada keajaiban datang yang menyembuhkan Mutia.

Foto:berbuatbaik.id

"Saya sih pasrah aja ya mungkin ini jalan terbaik anggap aja ini ibadah ujian juga dari Allah. Saya nunggu aja, nunggu siapa tahu ada keajaiban. Saya sih banyak-banyak berdoa aja setiap waktu. Biar yang sabar, habis ya nggak ada cara lain lagi," tutupnya.

Sahabat baik keluarga ini tak pernah menyerah pada keadaan. Sebuah hikmah yang didapat dari hadirnya Mutia di tengah mereka. Kekuatan dan ketabahan ini tentu bisa berkali lipat jika sahabat baik bisa bersama-sama juga membantu Mutia mendapatkan penanganan medis terbaik. Kamu bisa mendukunga keluarga ini dengan mulai Donasi di berbuatbaik.id.

Foto:berbuatbaik.id

Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.

Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.

Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!

Donasi Sekarang