Siang itu, suara Abah Tahyun terdengar di madrasah kecil Al Barokah di Kampung Kubang Saladah, Tasikmalaya. Di dalam madrasah hasil wakaf ini suara Abah Tahyun masih lantang menyuarakan asma Allah dan pesan suci dari Alquran, padahal umurnya sudah 91 tahun. Badannya pun semakin rapuh akibat stroke yang dideritanya.
"Iya, gak bisa jalan doang. Tangan gak sampai keangkat cuma sampai telinga saja," kata Abah yang sudah mengajar selama 20 tahun di madrasah tersebut kepada tim berbuatbaik.id
Foto:berbuatbaik.id
|
Menurut penuturan Abah Tahyun, dia mengalami serangan stroke. Penyakit ini tidak dia tangani kebih lanjut karena kendala biaya. Oleh karenanya, sehari-hari Abah dibantu anak atau cucunya untuk mengurus dirinya. Bahkan Abah harus digotong jika ingin berpindah tempat. Walau demikian, Abah tak pernah berhenti mengajar ngaji dan berdakwah.
Abah mengatakan telah mengajar ngaji sejak usia 15 tahun dan kini ditugaskan untuk mengajar ngaji di madrasah tersebut yang letaknya menempel di rumahnya. Sejak awal Abah mengajar tak pernah dia menetapkan tarif karena dalam hidupnya pantang membagi ilmu agama berharap upah.
"Jangan sampai minta-minta. Kalau minta ya kalau ikhlas, kalau gak ikhlas malah kita yang menyakiti. Abah mikirnya untuk pulang nanti di depan mata yang kuasa. Apa yg kita mau? Dibawa cuma segitu," cerita Abah pasrah.
Foto:berbuatbaik.id
|
Di rumah beratapkan seng ini, sehari-hari Abah diurus oleh Eutik, anak ketiga Abah. Selain Abah, Eutik juga mengurus buah hatinya yang berkebutuhan khusus bernama Rohman. Berbeda dari anak-anak lain, Rohman diikat kaki dan tangannya untuk menghindari dirinya menyakiti diri sendiri.
"Kalau sudah mukul-mukul kasian. Gak bisa ditahan. Pernah sampai rusak wajahnya," ucap Eutik.
Rohman kini telah berusia 9 tahun. Dulu Rohman pernah menderita hidrosefalus sehingga tumbuh kembangnya terganggu. Dia pun kesulitan mengunyah dan menelan sehingga sampai saat ini masih minum susu dari botol.
Foto:berbuatbaik.id
|
Terkadang baik Eutik dan Abah Tahyun menangis merasakan perihnya derita hidup. Namun hanya Allah lah tempat mereka bergantung dan mengadu nasibnya.
"Sempat (tidak terima) sekarang terima, sudah takdir," tutup Eutik sambil menangis.
Kini Abah dan keluarga memupuk harapan agar bisa hidup lebih baik. Abah bercita-cita ingin memperbaiki madrasah yang sering kebasahan diterjang hujan, begitu pun Eutik yang cuma punya keinginan sederhana agar kelak tidak hanya makan berlauk garam saja.
Foto:berbuatbaik.id
|
Sahabat baik, begitu besar kesabaran keluarga ini menghadapi cobaan bertubi-tubi. Akan kah kita berdiam diri menyaksikan orang saleh seperti Abah hidup menderita? Berikan kebaikan hatimu dengan Donasi sekarang juga di berbuatbaik.id.
Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!