Kembali
Hanya untuk Makan, Keluarga Miskin Ini Bahu Membahu Bekerja di Tengah Keterbatasan

Hanya untuk Makan, Keluarga Miskin Ini Bahu Membahu Bekerja di Tengah Keterbatasan

Malam itu, kediaman Mak Enih (63) diguyur hujan deras. Seketika itu Mak Enih, anak bungsu dan cucunya dengan cekatan menadah air hujan yang turun lewat genting-genting yang bolong di beberapa ember. Kejadian ini selalu terjadi di kala hujan. Mereka pun cuma punya satu kamar kecil untuk berteduh.

Hujan pun menjadi kian mengkhawatirkan jika turun sangat lebat. Pasalnya, Mak Enih takut sewaktu-waktu atapnya rubuh. Benar saja, tak lama berselang, satu bambu penyangga atapnya jatuh.

Semua terkejut, buru-buru Mak Enih mengecek kondisi atapnya lagi, beruntung saat itu anak bungsu, Maelani dan cucunya, Isnan sedang bersamanya. Sehingga mereka aman dan tidak tertimpa bambu tersebut. Mak Enih menangis membayangkan jika hal yang tidak dia inginkan suatu saat terjadi.

“Ini anak anak sama cucu, suka sedih saya. Takut kalau lagi tidur, tiba tiba jatuh. Iya takut kaya kemaren kalo lagi tidur gitu, eh sekarang ini kaget lagi saya,” ucapnya sedih kepada tim berbuatbaik.id di Tasikmalaya. 

Foto:berbuatbaik.id

Mak Enih tak mampu memperbaiki rumahnya. Jangankan untuk memperbaiki rumah, untuk makan saja, keluarga Mak Enih kekurangan. Dia yang hanya seorang buruh tani hanya berpenghasilan Rp 25 sampai 30 ribu. Maka tak jarang Mak Enih harus rela hanya makan nasi bersama garam.

Foto:berbuatbaik.id

Sebenarnya Mak Enih mempunyai suami yang bekerja di Jakarta. Namun nasibnya tak kalah menyedihkan. Mak Enih pun hanya bisa pasrah dengan keadaan. Melihat pengorbanan Mak Enih, Maelani pun turut mengais-ngais remis untuk menambah uang makan.

Remis ini dia olah di dapur yang tanpa atap sehingga kalau hujan gadis 17 tahun ini tak bisa memasak. Jika remis siap, Maelani menjajakannya keliling kampung denganharga Rp 2 ribu per bungkus.

“Kadang laku 10, kadang 12, kadang 15. Tergantung yang belinya. Kalau gak abis dibawa ke rumah buat makan sama keluarga. Uang jualan remis buat dibeli beras sama keperluan keluarga,” ucap remaja yang alami tuna daksa sejak lahir.

Foto:berbuatbaik.id

Secara fisik, Maelani memang tidak sempurna, jari-jari tangannya tumbuh tidak utuh namun semangatnya tak pernah putus untuk keluarga. Semangat ini juga yang ditiru Isnan. Walau ditinggal ibu meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi, Isnan tetap ceria. Dia pun ringan tangan membantu mencari kelapa untuk dijual. Uangnya, dia berikan untuk neneknya.

"Sayang sekali sama nenek karena nenek udah ngurus saya dari kecil sampe besar, sampai sekarang dari bayi. Mau ngeumrohin nenek, cita-citanya Isnan ngeberangakatin umrah emak,” kata bocah SD ini.

Mak Enih, Melani dan juga Isnan menjadi inspirasi agar tidak gampang menyerah pada kehidupan. Meski beban terasa begitu berat tetapi ada keluarga yang selalu bisa saling menguatkan.

Sahabat baik, kamu pun bisa membuat keluarga ini lebih tegar dengan bersama Donasi di berbuatbaik.id. Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.

Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang diikuti, berikut update terkininya.

Jika berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.

Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!

Donasi Sekarang