Kembali
Ada Harapan pada Langkah-langkah Kaki Palsu

Ada Harapan pada Langkah-langkah Kaki Palsu

Dari data accessprosthetics.com setidaknya ada 1 juta amputasi dalam setahun atau 1 orang dari setiap 30 detik. The International Diabetes Federation (IDF) memprediksi angka diabetes, salah satu penyebab amputasi, meningkat dari 285 juta ke 435 juta pada 2030.

Ada 2 kategori amputasi, traumatik dan non-traumatik. Perbedaan keduanya adalah alasan dan hasil dari amputasi tersebut.

Amputasi traumatic biasanya akibat cedera yang menyebabkan hancurnya pembuluh darah, biasanya akibat kecelakaan, luka tembak, atau kecelakaan kerja.

Sementara, menurut informasi azuravascularcare.com, faktor penyebab dari amputasi non-traumatik karena gangguan pembuluh darah, diabetes, infeksi, atau kanker tertentu.

Beberapa bagian tubuh bisa dilakukan amputasi. Paling banyak amputasi di sekitar kaki. Laman mossrehab.com menyebut 4 tipe amputasi kaki.

Amputasi kaki bagian bawah sekitaran jari kaki atau di sekitarnya. amputasi bagian bawah lutut, amputasi lutut, amputasi di atas lutut serta amputasi pinggang ke bawah.

Selepas amputasi, para pasien akan menempuh proses penyembuhan yang meliputi terapi fisik dan rehabilitas, antisipasi risiko komplikasi, dan memperlancar mobilitas.

Selain terus menjalankan pemulihan tersebut, pasien yang diamputasi juga harus mendapatkan dukungan emosional dari sekitarnya sehingga dia bisa menjadi independen.

Kuli Pemecah Batu Tak Menyerah Jadi Tulang Punggung meski Kehilangan Kaki

Hidup Eko Prastiono berubah total sejak kecelakaan tragis yang dialaminya pada 19 Februari 2024 dini hari. Saat itu, pria yang bekerja di bidang ekspedisi ini tengah menjalankan tugas pengiriman barang bersama rekannya.

Awalnya ia yang menyetir, namun dia berpindah ke kursi penumpang. Di daerah Mojokerto, kendaraan mereka mencoba menyalip dari arah berlawanan, namun karena di bahu jalan terdapat mobil yang sedang parkir, tabrakan pun tak terelakkan. Kecelakaan ini bahkan sempat diliput dan diberitakan di televisi nasional.

Akibat kejadian itu, kaki kiri Mas Eko harus diamputasi di bawah lutut. Ia mengaku sempat merasa sangat down, terutama memikirkan nasib istri dan anak semata wayangnya. "Saya bingung bagaimana bisa tetap menafkahi keluarga," ucapnya kepada berbuatbaik.id.

Namun, perlahan Mas Eko bangkit. Ia menemukan semangat baru setelah berkenalan dengan komunitas difabel yang mendukungnya untuk kembali aktif. “Saya sadar saya tidak sendiri. Banyak orang juga mengalami hal seperti saya dan mereka bisa bangkit,” ujarnya.

Foto:berbuatbaik

Kini, Mas Eko bekerja sebagai kuli pemecah batu dan berjualan es di sekitar tempat tinggalnya. Meski aktivitasnya berkurang sejak kehilangan kaki, ia tetap berusaha untuk mandiri. Proses pemulihan selama 10 bulan dilaluinya dengan terapi mandiri, terutama dengan banyak berjalan untuk melatih keseimbangan dan kekuatan tubuh.

Secara ekonomi, kondisi keluarga Mas Eko cukup berat. Ia adalah satu-satunya pencari nafkah di rumah. Sementara dari sisi mental, Mas Eko perlahan pulih berkat dukungan teman-temannya. Hingga saat ini, ia belum pernah mengajukan bantuan kaki palsu kepada pihak lain, selain bantuan perawatan yang sempat diberikan oleh BPJS Kesehatan.

Mas Eko berharap bisa segera mendapatkan kaki palsu agar dapat menunjang aktivitasnya sehari-hari dan bekerja lebih maksimal. “Kalau nanti dapat kaki palsu, saya sangat bersyukur. Terima kasih kepada berbuatbaik yang sudah peduli dan membantu kami sesama,” ungkapnya.

Sahabatbaik, mari bantu Mas Eko untuk mendapatkan kaki palsu agar ia bisa kembali bekerja dan menafkahi keluarganya. Donasi bisa dilakukan melalui berbuatbaik.id, dan 100% bantuan akan tersalurkan.

Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.

Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!

 

 

Donasi Sekarang