Kisah keluarga Dini dan Rijan adalah satu dari banyak kisah tentang perjuangan tanpa henti menjaga nyala harapan bagi putra mereka, Rey. Anak bungsu ini menghadapi tantangan medis yang berat yang membuatnya BAB dari usus yang terbuka di perut kecilnya. Anak berumur 6 bulan ini pun divonis alami stunting karena tak banyak makanan yang bisa dia serap.
Rey sejak lahir telah dihadapkan pada perjuangan keras melawan kondisi medis yang mengharuskannya menjalani perawatan intensif dan mahal. Salah satu tantangan medis yang dialami Rey adalah kondisi ususnya yang keluar yang mengakibatkan gangguan serius pada kesehatannya.
"Kantongnya (untuk BAB dari usus) sekali pakai Rp 50 ribu. Kita gak mampu beli," ungkap Dini menahan tangisnya.
Setiap porsi susu, setiap perlengkapan medis, menjadi beban pikiran yang terus menerus menghantui keluarga ini. Keterbatasan fisik Rey membuatnya harus mengalami operasi lanjutan, namun kondisi kesehatannya yang rapuh sering kali menjadi penghalang. Rey, di tengah perjuangannya melawan kondisi medisnya yang kompleks, didiagnosis mengalami stunting, sebuah kondisi yang terjadi akibat kekurangan gizi kronis.
![]() |
"Dede kalau makan keluar terus jadi dedenya sakit sakitan, nanti seminggu sekali sakit seminggu sekali sakit. Susunya juga mahal, ga mampu beli kita." jelas Dini.
Tak banyak yang bisa dilakukan keluarga ini. Apalagi sang ayah hanyalah pedagang somay keliling yang penghasilannya tidak menentu, bahkan hanya sekitar Rp 25 ribu per hari. Rijan pun mengalami kesulitan dalam menjalankan usahanya karena motor yang digunakan untuk berdagang sering kali mogok.
"Kadang bapak dagangan udah siap tapi pas diidupin motornya ga nyala. Pernah bapak jam 10 malem nelpon pakai hp pedagang lain motornya mogok. Akhirnya ya dorong ke rumah kan gak ada yang bisa jemput, jam 12 malem baru sampai," cerita Dini sedih
Perjuangan ini juga dirasakan oleh kakak-kakak Rey. Mereka tumbuh dalam kesadaran akan keterbatasan yang dihadapi keluarga, rela berkorban demi adik mereka.
![]() |
"Ini kakak kakaknya ngerti, kadang mau minta uang jajan kalau dibilangin ga ada yaudah diem. kakaknya juga bilang Mah sepatu AA udah jebol, kata saya pake sendal aja A. kan udah jebol semua sepatunya kita ga bisa beli, kata saya A mama ga ada uang. buat sekolah aja katanya mah AA ditegor bu guru ga pake sepatu. kata saya yaudah nanti mama yang ngadep, saya bilang sepatunya jebol," ujar Dini tak rela.
![]() |
Dalam banyaknya keterbatasan, Dini berharap akan kesembuhan si bungsu Rey. Dini dan Rijan bercerita tentang harapan dan doa mereka untuk masa depan, matanya berbinar, tidak hanya karena air mata, tapi karena kekuatan cinta yang mereka miliki untuk anak-anak mereka.
"Hancur saya kak. Kalau boleh pilih biar saya aja yang ngerasain sakit jangan dede. Saya doa setiap hari, mohon agar diberi kekuatan, agar Rey bisa bertahan dan memiliki kesempatan hidup yang lebih baik," kata Din kepada tim berbuatbaik.id yang mengunjungi kediaman mereka di Kabupaten Bekasi.
Kisah Dini dan Rijan adalah cerminan dari ribuan keluarga di Indonesia yang berjuang melawan keterbatasan demi kesembuhan pelita hati anak-anaknya. Mereka mengingatkan akan kekuatan cinta, pengorbanan, dan harapan yang tidak pernah padam meski di tengah cobaan yang begitu berat.
![]() |
#Sahabatbaik, mari kita tunjukkan kekuatan kebersamaan kita. Bantuan #sahabatbaik dapat meringankan beban yang dipikul Dini, Pak Rijan , dan anak-anak mereka.
Caranya dimulai dengan klik tombol Donasi Sekarang. Semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke keluarga Rey 100% tanpa ada potongan.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!
Rey, yang baru berusia 2 tahun ketika tim berbuatbaik.id berkunjung pada Maret 2024 lalu, akhirnya bisa sedikit tersenyum. Ususnya yang terbuka hingga mengakibatkan dia tak bisa buang air besar (BAB) normal mulai teratasi.
Kepedulian para Sahabat Baik memudahkan Rey dan kedua orang tuanya Dini dan Rijan untuk rutin kontrol ke rumah sakit. Donasi yang terkumpul digunakan Rey untuk membeli susu, obat-obatan, biaya transportasi, dan hidup sehari-hari.
"Terima kasih untuk seluruh donatur atas bantuannya yang sangat berharga untuk kami. Semoga lancar terus rejekinya dan doakan Rey sehat seperti yang lain, jangan sakit-sakitan," ujar Dini ibunda Rey.
![]() |
Dengan total donasi Rp 26.572.668, Rey bisa pulang pergi operasi di rumah sakit yang berlangsung tiga kali. Saat ini, Rey sudah bisa BAB lewat dubur tidak lagi melalui usus yang dibuka. Setelah operasi, Rey wajib rawat jalan untuk menjaga kondisinya tetap stabil dan sehat.
Menurut Rijan, ayahanda Rey, kesehatan buah hatinya masih sering drop dan kejang. Rey sempat masuk PICU tiga hari dengan total durasi rawat inapnya lima hari karena sesak napas. Di masa itu, Rey dan kedua orang tuanya bolak-balik rumah sakit.
Selain dengan rutin kontrol, Dini dan Rijan menjaga kesehatan Rey dengan mengawasi konsumsi makanan sehari-hari. Rey dilarang jajan terutama asupan yang mengandung zat pewarna, pengawet, dan penguat rasa. Dini dan Rijan berharap tindak pencegahan ini bisa menjaga kesehatan Rey.
Menghadapi Kehidupan dengan Senyum
Tantangan dan cobaan untuk Rey beserta keluarga sebetulnya belum berhenti. Rey harus menghadapi stunting dengan berat badan tidak kunjung naik. Namun, kondisi ini sekarang bisa diatasi keluarga prasejahtera tersebut dengan sikap positif.
"Gimanapun kami bersyukur karena kondisi Rey sudah makin baik. BABnya lancar dan makan juga tidak ada masalah. Donasi yang masih ada kami gunakan untuk pemenuhan gizi, vitamin, dan semua keperluan Rey," kata Rijan.
Kehidupan Rey dan orang tuanya yang serba terbatas adalah bukti nyata sangat diperlukannya aksi Sahabat Baik. Solidaritas dan kepedulian membantu Rey memperbaiki kondisi kesehatannya dan menatap hidup dengan lebih baik.
Bagi semua Sahabat Baik jangan lupa untuk terus menebarkan kebaikan pada semua yang membutuhkan. Kamu bisa langsung klik di berbuatbaik.id, donasi 100% tersalurkan pada penerima manfaat tanpa potongan.