Andini terbaring kaku dengan leher mendangak ke atas sesekali mengerang namun tak jarang juga di tersenyum.
Di atas kasur tipis Andini terasa lebih tenang dalam buaian ibu sambungnya, Sijah. Walaupun Andini bukan lahir dari rahimnya, Sijah begitu lembut mengasihi Andini yang mengalami Cerebral Palsy tipe pasif.
Sijah lihai mengurusnya dan tetap berada di samping Andini sedari dia bayi. Sungguh pengorbanan bagi Sijah mengasuh anak spesial seperti Andini.
![]() |
"Awalnya saya berat ya tapi seiring waktu karena dari lahir, jiwa saya sama dia jadi satu. Saya (sayang) lebih dari anak sendiri. Lelah iya manusiawi, capek iya, tapi yaudah buat ladang pahala saya nanti itu aja prinsip Saya. Saya ga peduli orang mau bilang apa. Dia ga bisa apa-apa yang bisa gendong ga ada satupun yang bisa," ungkap Sijah tanpa membendung air matanya.
Andini memang begitu malang. Dia dilahirkan paksa karena ibunya mengalami koma. Dokter pun memutuskan menyelamatkan Andini dan merelakan ibunya pulang pangkuan Tuhan.
"Dia lahir kejang-kejang. Karena mungkin kata dokter kekurangan oksigen. Saking lamanya di dalam perut," tutur Sijah.
![]() |
Sesaat setelah lahir, Andini telah menjadi piatu. Beruntung Sijah hadir dan menjadi ibu sambungnya selama 11 tahun ini.
Sijah mengatakan terdapat bercak darah di otak Andini sehingga menyebabkan Andini mengalami cerebral palsy. Kondisi makin memprihatinkan karena sang ayah hanya seorang pencari ikan di empang sekitar rumahnya di kawasan Koja, Jakut.
Penghasilan didapat pun tak tentu tergantung masa panen. Sijah menyebut suaminya hanya membawa pulang Rp 4 juta untuk 6 bulan. Dengan pemasukan yang minim ini Sijah harus pintar memutar otak memenuhi kebutuhan rumah dan juga kesehatan Andini.
"Dia kan ada setiap bulan tuh ada obat yang ditebus ya gak di-cover sama BPJS ya obat kejang. Sebulan tuh hampir Rp 300 Kadang saya kalau ada duit seperapat aja lah," pungkasnya.
Pekerjaan membawa Andini kontrol ke rumah sakit pun semakin berat. Selain karena biaya operasiona, Andini juga semakin besar sehingga dia kesulitan membawa Andini yang sudah terlanjur kaku.
Oleh karena itu, terkadang Sijah mencari tambahan dari menggetok rantai untuk jala kapal agar dia bisa ikut membantu memenuhi kebutuhan Andini.
"Saya getokin rante buat jala ada yang ngirim. Andini ga bisa ditinggal, ke manapun saya bawa. Pokok utama itu butuh pempers 24 jam dan masih minum susu," sambungnya.
Tak banyak yang bisa dilakukan Sijah, apalagi Andini sudah divonis mengalami gizi buruk karena berat badannya begitu rendah. Kendati begitu, sedapat mungkin jika ada rezeki, Sijah membawa Andini untuk diurut.
![]() |
"Karena terapi alternatif tiap jumat diurut jadi bisa ngebuka tangan tadinya kaku," jelasnya.
Besar harapan Sijah, kondisi Andini terus membaik. Sijah yang tinggal di rumah semi permanen pun ini menginginkan Andini bisa kontrol lagi ke rumah sakit tanpa harus memikirkan biaya dan kebutuhan rumah yang harus keluarga ini penuhi setiap hari.
#sahabatbaik, malangnya nasib Andini serta kelapangan hati Sijah menjadi pelajaran yang begitu berharga. Kita bisa membantu mereka dengan mulai Donasi sekarang juga. Tenang saja, donasi di berbuatbaik.id seluruhnya tersalurkan.