Uswatun Hasanah harus menjalani hidup penuh cobaan bersama keluarganya. Uswatun yang berprofesi sebagai guru ngaji memiliki keterbatasan fisik karena terlahir dengan hanya satu tangan. Sehari-hari ia mengandalkan tangan kirinya untuk mengajar ngaji, mengurus rumah, dan juga anak-anak.
“Saya itu memang dilahirin udah gini. Jadi tangan saya memang lahirnya agak lemes. Kata ibu sih begini, dulu kan saya lahir di dukun nih, jadi semua organ tubuh ini udah pada keluar ini tangan ketinggalan terus ditarik, katanya gitu. Jadi sarafnya pada putus gitu.” ungkapnya.
Dari pekerjaannya sebagai guru ngaji, Uswatun hanya menerima upah Rp 500 ribu sebulan. Itupun tidak tentu karena pekerjaan ini tak selalu ada.
![]() |
“Karena kita kan sosial yah, cuman kadang-kadang saya bisa dapet Rp 500 ya. Alhamdulillah saya terima. Karena kita kan memang gak nyari materi gitu. Aaya biasanya kalo sore terima privat ngaji, terima privat baca tulis, terus kalo malemnya saya ada majelis taklim. Ya itu juga gak bisa kita prediksi ya, gak menentu gitu,” jelas dia.
Tentu jumlah ini tak mencukupi keluarganya apalagi dengan 5 orang anak dan 2 di antaranya sakit. Sementara itu Ikhwan, suami Uswatun, harus menerima keadaan patah tangan akibat terjatuh.
Dulunya ia bekerja sebagai sopir ojek, tapi sekarang semua itu terhenti. Kini ia tak bisa seaktif dulu lagi akibat tangannya yang sudah tak kuat untuk melakukan aktivitas berat. Saat ini Ikhwan menjadi pekerja lepas dari tawaran beberapa rekannya, mayoritas tawarannya adalah sopir antar jemput.
Keduanya bersama fokus untuk membesarkan 5 anak yang 2 di antaranya sakit. Anak sulungnya, Kholil (17), didiagnosa epilepsi sejak 2 minggu terlahir ke dunia. Serangan kejang tanpa panas sering kali terjadi, mengakibatkan perkembangan motoriknya yang lambat.
![]() |
2 tahun melalui berbagai pengobatan, Kholil ternyata mengalami Delayed Development dan autisme. Bahkan saat ini Kholil juga mengalami kebutaan. Hal itu terjadi karena Kholil yang seringkali tantrum dengan menyakiti dirinya sendiri. Ia membenturkan kepalanya terus menerus sehingga berimbas kepada penglihatannya saat ini.
Dengan beberapa penyakit yang menyerang sang anak sulung, Pak Ikhwan merasa sangat terpukul saat itu. Berharap bisa mencapai kesembuhan, Kholil rupanya harus diterpa berbagai penyakit.
“Dengan diagnosa begitu saya bener-bener terpukul banget 2018 itu. Anak yang tadinya normal harus kehilangan bola mata dua-duanya. Maksudnya saya kan biar punya kekurangan tapi paling enggak dia bisa keluar main ngeliat dunia. Ya saya saat itu down. Apa ya dibilangnya gak bisa menerima kenyataan.” ungkap Ikhwan lirih.
Selain Kholil, putra kedua mereka, Kahfi, juga harus hidup berdampingan dengan penyakit Idiopathic Thrombocytopenic Purpura merupakan penyakit kelainan darah yang dipicu oleh virus yang membuat trombosit terganggu. Hal tersebut memaksanya untuk tidak boleh beraktivitas berat hingga kelelahan. Hal ini membuat Ikhwan dan istri perlu menjaga Kahfi dengan ekstra.
“Dia gak boleh capek, gak boleh terluka, gak boleh stress. Nanti kalo udah itu dia mimisan pendarahan gak berhenti-berhenti, kecuali dikasih obat pemberhenti darah.” tutur sang ibu menjelaskan.
Jika orantuanya sedang sibuk, Aisyah atau kerap disapa Ica paling sering bertugas menjaga sang kakak sulung. Duduk dibangku kelas 3 SD, Aisyah tak jarang harus banyak mengalah demi mengurus abang tercinta. Izin tak masuk sekolah hingga tak bisa bermain bersama teman-teman sebayanya ia lakukan guna menjaga abangnya yang kini lebih banyak terbaring di atas kasur.
“Pokoknya saya udah ngomong ke anak-anak, kita semuanya harus bisa kerjasama ya. Kan kita ngerti abangnya kayak gitu. Kita harus selalu tolongin. Dan inget ya kak, abang itu udah punya kunci surga loh, kalo kita baik ke abang nanti kita dibantu sama abang masuk surga.” pungkas Uswatun.
Menjalani hidup dengan penghasilan yang tak menentu, sering kali membuat mereka cemas. Untuk makan sehari-hari anak agar perut kenyang saja terkadang rasanya sulit, apalagi untuk memenuhi biaya berobat anak-anak spesialnya. Meski hidup penuh tantangan, kasih sayang dan pengorbanan tanpa batas terus mereka berikan demi masa depan yang lebih baik bagi anak-anak.
Kisah perjuangan Ikhwan dan istri yang tak kenal lelah, bertahan dalam keterbatasan demi cinta kepada buah hati mereka jadi satu pembelajaran bagi semua. Sahabat Baik, mari kita bantu keluarga ini untuk terus menjaga asa dan berjuang dalam hidup mereka dengan Donasi di berbuatbaik.id. Seluruh donasi 100% tersalurkan tanpa potongan dan akan sangat bermanfaat bagi Ikhwan dan keluarga.
Di tengah keterbatasan, senyum bahagia masih terpancar dari keluarga kecil Bapak Ikhwan dan istrinya, Uswatun Hasanah. Meski ujian hidup tak pernah berhenti, mereka menyambut setiap hari dengan penuh syukur. Dukungan sahabat baik membuat anak-anak bisa belajar lebih nyaman, dan orang tua tetap kuat menapaki perjalanan panjang ini.
Saat ini, Bapak Ikhwan masih menjalani pengobatan rutin akibat penyempitan di leher. Beliau harus check up ke dokter setiap dua minggu sekali serta menjalani terapi dua kali dalam seminggu. Meski dokter sempat melarangnya membawa kendaraan, semangatnya untuk menafkahi keluarga tak pernah padam. Sejak sebulan terakhir, beliau kembali bekerja sebagai sopir.
![]() |
“Dokter udah ngelarang saya bawa kendaraan, Karena bahaya buat kesehatan saya. Karena Penyempitan ini, Untuk dokternya, dokter check up-nya dua minggu sekali. Untuk terapinya dua kali seminggu,” jelas dia.
Donasi sebesar Rp 18.883.100 dari #sahabatbaik telah sepenuhnya digunakan untuk kebutuhan kelima anak Bapak Ikhwan, mulai dari membeli kacamata minus untuk Kahfi (anak kedua), tempat tidur baru untuk Kholil (anak pertama), lemari buku, buku pelajaran tambahan, hingga baju sekolah untuk anak-anaknya.
Selain itu, Kahfi sempat dibawa ke dokter untuk memeriksakan kondisi matanya. Meski masih memiliki kelainan darah, ia rutin melakukan kontrol. Sementara Kholil, yang lebih sering berada di rumah, kini mulai diajak keluar agar bisa lebih ceria. Di sisi lain, sang Ibu, Uswatun Hasanah, tetap setia mengajar ngaji di lingkungan sekitar, menghadirkan cahaya ilmu bagi anak-anak.
![]() |
“Alhamdulillah, bantuan ini membuat anak-anak lebih senang karena kebutuhannya bisa terpenuhi. Semoga Allah membalas kebaikan para donatur dengan pahala berlipat dan kesehatan yang selalu terjaga,” ucapnya penuh haru.
Harapan keluarga sederhana: semoga kesehatan semakin membaik, kebahagiaan tetap menyertai, dan masa depan anak-anak bisa lebih cerah berkat doa serta dukungan dari Sahabat Baik.
#sahabatbaik terima kasih sudah menyalakan kembali semangat keluarga Ikhwan. Setiap rupiah donasi telah dimanfaatkan sepenuhnya untuk kebutuhan anak-anaknya. Yuk, terus jadi bagian dari perjalanan mereka dengan berdonasi di berbuatbaik.id yang 100% tersalurkan.