Kembali
Rawat Anak dengan Gangguan Jiwa, Mbah Sukirah Kerja Jadi Tukang Pijat hingga Serabutan

Rawat Anak dengan Gangguan Jiwa, Mbah Sukirah Kerja Jadi Tukang Pijat hingga Serabutan

Rp 6.217.200
20.724% Complete
Terkumpul dari Rp 30.000.000,-
Donasi Sekarang
Donasi Sekarang

Di desa Mertelu Kulon, Yogyakarta, sebuah rumah kecil menjadi tempat tinggal bagi Mbah Sukirah, seorang lansia yang usianya telah mencapai 82 tahun. Namun semangatnya untuk menjaga anaknya yang menderita gangguan kejiwaan tetap ada. Meskipun kesehatan dan ekonominya terbatas, Mbah Sukirah tetap tegar menghadapi hidupnya.

Kehidupan Mbah Sukirah yang penuh dengan tantangan menjadi cerminan dari kekuatan seorang ibu yang tak kenal lelah. Apalagi Mbah Sukirah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan pendengarannya terganggu hingga tulang keringnya patah, dia tetap berusaha keras untuk menyembuhkan lukanya sendiri.

Foto:berbuatbaik

“Saya ini mau beli gula di warung Uki di situ loh… Lalu ada motor dari barat dan saya dari timur. Anak sekolah itu ke arah timur. Saya udah minggir. Lalu saya ditabrak. Setelah ditabrak saya udah tidak ingat, seperti orang mati. Lalu saya ditolong orang yang sedang di sawah yang sedang menanam padi. Kemudian anak saya di rumah ditelepon, dan mereka langsung teriak-teriak semua.” ujar Mbah Sukirah menceritakan kronologi kecelakaannya.

Operasi pemasangan implan pen seharusnya menjadi titik balik dalam perjalanan kesembuhannya. Namun, kisahnya tak semudah itu. Meskipun telah menjalani operasi tersebut, Mbah Sukirah tidak pernah melakukan kontrol ke dokter untuk memantau perkembangan kondisinya.

Meski terlihat mengkhawatirkan, luka dan darah di kaki Mbah Sukirah tidak pernah ditangani dengan obat khusus. Segayung air hangat menjadi satu-satunya pengobatan yang diberikan Mbah Sukirah untuk membersihkan lukanya. Setelah bersih, luka ditutup kembali dengan kapas dan dililit dengan tali seadanya.

“Ya perih… perih-perih gimana gitu. Kalau sudah dibersihkan rasanya enak, nggak ada yang nyut-nyutan gitu. Dipakai jalan ya sakit juga.”

Foto:berbuatbaik

Di tengah kondisi yang sulit, Mbah Sukirah juga harus menghadapi tantangan dengan akses jalan yang berbatu dan curam menuju rumahnya. Bahkan sebagian medannya cukup curam dan sulit untuk dilewati. Mbah Sukirah harus melangkah pelan-pelan, sambil tertatih, menginjak titian batu dengan hati-hati. Setiap langkahnya diiringi dengan tangannya yang kuat memegang dinding batu, berusaha mencari keseimbangan agar tidak terjatuh.

Mbah Sukirah tinggal bersama anak sulungnya, Tumiyem, dan cucunya, Desi, sejak suaminya meninggal tujuh tahun lalu. Tumiyem, meskipun menderita gangguan kejiwaan sejak kecil, selalu aktif membantu warga sekitar, bahkan saat musim panen padi tiba. Namun, jasanya tidak selalu diupahi dengan uang, melainkan dengan gabah atau makanan.

Meskipun berusia lanjut dan memiliki keterbatasan fisik, Mbah Sukirah masih berusaha keras bertahan hidup. Salah satunya dengan menawarkan jasa pijat kepada orang-orang di sekitarnya. Meskipun ia hanya datang sesekali dan upahnya seikhlasnya, jasa pijat ini memberinya sedikit penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Selain itu, Mbah Sukirah juga bekerja sebagai buruh serabutan. Meskipun pekerjaan ini mungkin tidak tetap dan kadang-kadang sulit, Mbah Sukirah berusaha semampunya untuk melakukan pekerjaan tersebut agar bisa mendapatkan penghasilan.

Foto:berbuatbaik

Di usianya yang sudah lanjut, Mbah Sukirah harus mengandalkan kebun sayurannya sebagai sumber makanan utama. Beberapa lembar daun singkong muda atau daun kenikir menjadi sajian yang mengisi perutnya hari demi hari.

“Alhamdulillah rezeki Mbah ya punya kebun bisa ngambil sendiri bisa nanam sendiri bisa mengetik sendiri masak sendiri. Saya ini udah janda, kakinya sakit, ga punya uang, Cuma mengandalkan kebun saya rebus kalau makan.” jelas Mbah Sukirah dengan tangisnya.

Meskipun terbatas, Mbah Sukirah bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan kepadanya melalui tanaman di kebunnya. Makanan bukan hanya untuk mengisi perutnya, tapi juga sebagai bentuk syukur akan nikmat yang diberikan Tuhan kepada dirinya dan keluarganya.

Meski hidup dalam keterbatasan, ia tidak pernah menyerah pada keadaan. Ia bahkan bercita-cita sederhana, seperti ingin memperbaiki rumahnya agar lebih nyaman, atau mengobati kakinya yang sakit.

Dengan menyumbangkan sebagian rezeki, kita dapat menjadi pelipur bagi mereka yang tengah berjuang dan menjadi alasan tersenyum bagi mereka yang merasa terpuruk.

Ayo bergabung dalam gerakan kebaikan ini dan bersama-sama kita bentuk masa depan yang lebih baik untuk Mbah Sukirahdan keluarganya dengan Donasi di berbuatbaik.id yang 100% tersalurkan.

 

Donatur

Default User
P*********
1 jam yang lalu
Donasi Rp 200.000
Default User
Hamba Allah
1 hari yang lalu
Donasi Rp 1.000
Default User
d*********
12 hari yang lalu
Donasi Rp 1.000.000
Default User
Zahra
15 hari yang lalu
Donasi Rp 5.000
Default User
D*********awati
22 hari yang lalu
Donasi Rp 25.000

Tentang Kami

About Us
berbuatbaik.id ikut andil dalam aktivitas sosial dan kemanusiaan dengan menggalang dana sekaligus memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat.
About Us
berbuatbaik.id dan CTARSA Foundation bertanggung jawab penuh atas penyaluran dana donasi yang diterima.
About Us
Donasi yang diterima akan disalurkan 100% kepada yang membutuhkan tanpa dikenai potongan biaya apapun
About Us
Kamu bisa bergabung dengan komunitas Berbuat Baik menjadi relawan hingga mengajukan penggalangan dana ke berbuatbaik.id