Dear Sahabat Dermawan, kami akan melakukan pemeliharaan sistem pembayaran pada hari Selasa, 10 Desember 2024 pukul 23:00 WIB - 23:20 WIB . Kamu dapat bertransaksi kembali diluar periode tersebut. Terima kasih.  
Kembali
Perjuangan Anak Papua Menembus Hutan hingga Jalan Kaki 3 Hari untuk Belajar

Perjuangan Anak Papua Menembus Hutan hingga Jalan Kaki 3 Hari untuk Belajar

Rp 21.729.931
72.433103333333% Complete
Terkumpul dari Rp 30.000.000,-
Donasi Berakhir
Donasi Berakhir

Rasa nyaman dan aman dalam menuntut ilmu belum banyak dirasakan anak-anak, salah satunya anak-anak sekolah di pedalaman Papua.

Mereka harus berjuang penuh melawan segala rintangan yang ada, dari jarak tempuh sekolah yang sangat jauh, sangat minimnya buku pelajaran dan alat tulis, kurangnya tenaga pendidik, sampai tidak tercukupinya gizi.

Kisah menyedihkan ini terjadi pada 80 anak-anak Taman Baca Nogba, Tolikara, Papua. Mereka harus rela menembus lebatnya hutan belantara dan melewati terjal serta curamnya pegunungan di sana. Hanya berbekal semangat dari rumah lah mereka tak gentar menghadapi segala ancaman yang mungkin datang selama perjalanan.

Foto:berbuatbaik.id

“Sebagian anak2 bimbingan kami di sini berasal dari kampung yang sangat jauh. Kalau jalan kaki bisa 3 hari atau lebih. Dan di sini mereka menumpang tinggal di rumah orang agar bisa sekolah. Saya senang dengan semangat mereka mau sekolah walau jauh. Hanya kadang kendalanya karena tinggal di rumah orang jadi sering kali absen ke sekolah karena harus bantu tuan rumah berkebun”, jelas Refol Malimpu, salah seorang guru di sana.

Jangankan seragam, alas kaki seperti sendal pun mereka tak punya. Mereka menempuh perjalanan yang jauh itu dengan bertelanjang kaki. Baju compang-camping yang mereka gunakan pun sebenarnya juga tak cukup kuat untuk menahan hawa dingin di sana. Namun, rintangan seperti itu adalah makanan sehari-hari mereka. Bahkan mereka telah bersahabat dengan alam liar di sana.

“Iya, mereka gak ada sepatu. Mereka di sini kan jalan kaki tanpa alas kaki kan gak ada sepatunya. Dengan jarak tempuh kurang lebih satu jam dari rumah ke sekolah, kita juga gak tahu itu di hutan itu mereka lewat apakah ketusuk kayu atau kena batu. Sampai saya kaget kok ini merah dan bengkak. Katanya tertusuk kayu. Saya bilang jangan dulu sekolah, kamu pergi berobat dulu”, lanjutnya lagi.

Hati tulus Refol dan kedua guru lainnya telah menghidupkan kembali mimpi anak-anak di sana. Mereka tak hanya banyak membantu pembelajaran saja, tetapi juga termasuk dalam upaya menangani kebutuhan gizi anak-anak.

Foto:berbuatbaik.id

Bahkan telah tercatat juga bahwa anak-anak di sana masuk ke dalam daftar kasus stunting terparah di Indonesia pada tahun 2022 lalu.

Oleh karena itu, Refol juga mencoba untuk membantu pemenuhan gizi anak-anak di sana dengan membuat peternakan ikan kecil. Ia rela menyisihkan sebagian besar tabungannya hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan di sana.

Sebab, semua anak-anak di sana sering kali kelaparan karena hanya makan ubi atau singkong yang hanya berukuran kepalan tangan orang dewasa. Bahkan untuk makan malam pun, mereka hampir tidak pernah. Untuk tahu seperti apa rasanya nasi, mereka hanya bisa memakannya sebulan sekali, itu pun juga tak menentu.

“Karena anak-anak itu setiap hari datang sekolah itu bahkan ada yang gak sarapan. Bahkan kalau lanjut belajar dengan saya itu ga makan. Kayak misalnya anak-anak di sini kan seringnya makan ubi atau singkong. Itu mereka hanya makan 1 atau 2 biji dalam satu hari. Setiap hari mereka seperti itu. Sayurnya ya kadang daun singkong itu sendiri atau daun ubi itu. Pantesan mereka itu perutnya buncit-buncit kan, ya mungkin itu udah stunting,” kata Refol.

Foto:berbuatbaik.id

Di tengah segala keterbatasan yang ada, anak-anak di sana juga harus memikul tanggung jawab yang amat berat. Selain perjuangan mereka demi mendapatkan secercah pendidikan yang layak, mereka juga harus berjuang untuk menghidupi diri mereka sendiri. Hal ini karena mereka datang dari kampung yang sangat jauh dan harus tinggal di rumah orang yang berlokasi di dekat sekolah.

“Kadangkala kalau mereka gak kerja di rumah orang atau bantu-bantu di kebun, mereka ga dapet makan. Saya sedih sekali jadi kepikiran gimana kalau saya yang kasih makan biar mereka ga bantu di orang dan biar fokus belajar saja,” kata Refol.

“Mereka kadang juga saya kasih PR dengan harapan biar ada waktu untuk belajar di rumah. Tapi besoknya ga dikerjain karena katanya disuruh bantu, ke kebun, cari kayu, dan masakin makanan babi,” lanjutnya.

Kendati demikian, dari semua beratnya tanggung jawab yang seharusnya tidak ditanggung oleh anak-anak seumuran mereka, tak pernah sedikitpun terbesit di benaknya untuk berhenti sekolah. Semangat dan antusiasme mereka dalam mencari ilmu patut diacungkan jempol walau harus melewati banyaknya rintangan yang ada.

Foto:berbuatbaik.id

“Anak-anak itu antusias banget. Alasan saya bilang itu dilihat dari ‘kok bisa ya anak-anak itu mau jauh-jauh dari kampung mereka dan tinggal di rumah orang hanya untuk sekolah?’. Saya lihatnya dari situ. Cuman sedihnya mereka tinggal di rumah orang yang salah yang mereka diperdaya. Padahal kalau dilihat dari anak itu sendiri, wow, mereka jauh-jauh dari kampung mereka mau datang tinggal di orang hanya untuk cari ilmu. Mereka mau belajar,” ucap Refol lagi.

“Dan setiap pulang sekolah itu mereka selalu minta PR. Walaupun kadang ada yang akhirnya tidak bisa kerjakan PR, dan baru besok paginya baru mereka kebut-kebutan untuk kerjakan PR. Karena kalau pulang kadang kala ga dikerjain karena gak ada listrik, gak ada waktu karena disuruh bantu-bantu di rumah,” lanjutnya.

Refol dan kedua guru di sana juga selalu berharap agar kasus-kasus seperti ini mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat. Namun mereka juga sadar bahwa mereka tak bisa bergantung sepenuhnya untuk mendapatkan bantuan.

Oleh karena itu, Refol juga selalu menanamkan semangat juang kepada anak-anak di sana di sela-sela pembelajaran mereka.

“Jadi kamu harus belajar. Kalau kamu lihat orang tua kamu sekarang hidupnya susah, kamu harus perbaiki itu dengan menjadi orang yang sukses. Belajar baik-baik, sekolah baik-baik, nanti pulang bangun daerahmu,” kata Refol dalam membangun kembali semangat anak-anak di sana.

Sahabat baik, perjuangan anak-anak di sana membuka kembali mata kita bahwa banyak anak-anak di pelosok Papua yang masih belum terpenuhi haknya dalam memperoleh pendidikan layak

Mari ulurkan tangan untuk anak-anak di sana agar mendapatkan masa depan yang lebih cerah.

Kamu dapat membantu mereka dengan Donasi di berbuatbaik.id. Donasi yang kamu berikan, berapa pun besarnya, tentu akan menghidupkan kembali secercah harapan mereka dalam meraih mimpi. Tak perlu khawatir, donasi yang kamu berikan akan tersalurkan 100% tanpa potongan sedikit pun.

Yuk, jangan tunda niat baikmu demi mimpi-mimpi mereka! Ayo berbuat baik dari sekarang juga!

 

Donatur

Default User
A********* Iman
11 hari yang lalu
Donasi Rp 80.000
Default User
N*********ajeng
12 hari yang lalu
Donasi Rp 50.000
Default User
A*********wansyah
15 hari yang lalu
Donasi Rp 250.000
Default User
h*********
18 hari yang lalu
Donasi Rp 50.000
Default User
S*********cosuanto
1 bulan yang lalu
Donasi Rp 50.000

Tentang Kami

About Us
berbuatbaik.id ikut andil dalam aktivitas sosial dan kemanusiaan dengan menggalang dana sekaligus memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat.
About Us
berbuatbaik.id dan CTARSA Foundation bertanggung jawab penuh atas penyaluran dana donasi yang diterima.
About Us
Donasi yang diterima akan disalurkan 100% kepada yang membutuhkan tanpa dikenai potongan biaya apapun
About Us
Kamu bisa bergabung dengan komunitas Berbuat Baik menjadi relawan hingga mengajukan penggalangan dana ke berbuatbaik.id