Dear Sahabat Dermawan, kami akan melakukan pemeliharaan sistem pembayaran pada hari Selasa, 10 Desember 2024 pukul 23:00 WIB - 23:20 WIB . Kamu dapat bertransaksi kembali diluar periode tersebut. Terima kasih.  
Kembali
Sekeluarga Idap Parkinson: Semangat Tak Gentar Meski Badan Gemetar

Sekeluarga Idap Parkinson: Semangat Tak Gentar Meski Badan Gemetar

Rp 24.982.850
83.276166666667% Complete
Terkumpul dari Rp 30.000.000,-
Donasi Berakhir
Donasi Berakhir

Hidup dengan segala keterbatasan dan kelainan fisik bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Hal ini dialami enam kakak beradik yang seluruhnya mengidap penyakit langka, Parkinson. Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan bahkan kematian sel-sel saraf yang ada di otak. Hal tersebut mengakibatkan penderitanya menjadi kaku, tremor parah, gerakan yang melambat, dan gangguan gerak tubuh lainnya. Keluarga ini hanya mampu pasrah atas kehendak Tuhan yang diberikan kepada mereka.

Keenam kakak beradik ini adalah Yayah (63), Patimah (61), Rupiah (58), Salamah (53), Saepudin (50) dan juga Omo (48). Dua kakak tertua mereka, Yayah dan Patimah, menderita Parkinson sangat parah yang menyebabkan mereka hanya mampu terbaring lemah dan tak berdaya di tempat tidurnya. Yayah mulai mengidap penyakit ini ketika ia berusia 30 tahun.

Foto:berbuatbaik.id

“Kambuhnya saat dewasa. Semula badan berat, kaku kemudian seluruh anggota tubuh bergetar seperti tremor. Sekarang kakak saya, Yayah, paling parah. Sudah tidak bisa bangun hanya tiduran saja, tidak bisa digerakkan juga badannya,” ujar Omo.

Omo juga menceritakan bahwa ia sama sekali tak mengerti tiba-tiba kakaknya mengidap penyakit ini, padahal orang tua dan keluarga lainnya sama sekali tidak pernah mengidap penyakit ini.
“Orangtua kami sehat, anak dan cucu dari kakak serta adik saya juga sehat. Hanya kami berenam yang mengidap Parkinson. Bahkan, tiga kakak kami yang sekarang sudah meninggal dunia juga sehat tidak mengidap Parkinson,” lanjutnya.

Setelah menyerang Yayah, penyakit ini mulai menimpa adik-adiknya satu demi satu. Dengan penyebab yang sebenarnya secara medis juga belum diketahui secara pasti, mereka mengalami gejala awal yang sama, yakni demam tinggi hingga mengalami step.

Berbicara penghasilan, tak satu pun dari mereka yang mampu untuk bekerja. Sehari-hari mereka hanya mampu melakukan aktivitas di rumah saja. Itu pun dilakukan dengan saling membantu satu sama lain dengan susah payah, seperti makan, ganti baju, dan pergi ke kamar mandi.

Foto:berbuatbaik.id

Dalam memenuhi kebutuhan, mereka hanya menggantungkan sepenuh hidupnya pada bantuan warga setempat yang tak menentu datangnya dan hanya sesekali saja. Bantuan yang tak mencukupi itu harus bisa dicukupkan untuk hidup enam orang agar tetap dapat bertahan.

“Kalau untuk ke toilet, wudu, dan aktivitas lainnya dibantu anaknya dari Ma Rupiah. Terutama untuk mengurus Ma Yayah yang kondisinya paling parah. Kalau untuk makan dan kebutuhan lain ada bantuan Meskipun tidak banyak tetapi dicukupkan untuk kebutuhan kami berenam dan anggota keluarga lainnya,” kata Omo.

Kepala Desa Bojongkasih, Anwar Musadad, juga mengatakan bahwa pihaknya juga memberikan bantuan sehari-hari. Bersama dengan Yusman Faisal, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, mereka juga secara rutin membantu pengobatan penyakit Parkinson ini.

“Tapi kami dari desa rutin memberikan bantuan, mulai dari yang dianggarkan melalui dana desa atau mengusulkan bantuan lain dari program pemerintah, seperti bantuan tunai dan BPJS yang ditanggung pemerintah,” ujar Anwar Musadad.
“Sejak 2007 sudah ditangani. Rutin dari puskesmas mengecek kesehatan dan memberikan obat. Sempat dibawa juga ke rumah sakit. Tapi kami belum bisa mendeteksi penyebab bisa sampai satu keluarga mengidap Parkinson, fenomena yang langka,” ucap Yusman.

Foto:berbuatbaik.id

Meskipun begitu, keenam kakak beradik ini tak pernah sekalipun mengutuk keadaan. Semua derita dan permasalahan yang mereka alami dilalui dengan penuh rasa syukur dan kasih sayang antara satu dengan yang lainnya. Hal ini terlihat dari senyum yang selalu terpancar dari wajah mereka dan kata-kata yang diucapkan oleh adik bungsunya, Omo.

“Kami anggap ini sebagai ujian dari Allah SWT. Karena kami yakini segala ujian ada jalannya dan penyakit yang diderita menjadi penggugur dosa. Sekarang sudah lebih menerima, jadi sudah tidak terlalu sedih. Kami saling menguatkan dan membantu satu sama lainnya,” ujar dia.

“Ya mungkin harapannya untuk membantu sehari-hari aja, Kang. Kalau untuk disembuhkan mungkin sulit. Ya untuk makan sehari-hari aja gitu, kebutuhan,” lanjutnya.

Sahabat baik, mari kita bersama-sama ciptakan secercah harapan untuk Omo dan keluarganya dalam berjuang melawan penyakit Parkinson ini. Kamu bisa memulai niat baikmu dengan donasi melalui berbuatbaik.id. Seluruh donasi yang #sahabatbaik berikan akan disalurkan 100% ke penerima tanpa potongan sedikitpun. Yuk sahabat baik, jangan tunda niat baikmu dengan berbuat baik dari sekarang juga.

Donatur

Default User
Doni Cova
2 bulan yang lalu
Donasi Rp 100.000
Default User
S*********i
2 bulan yang lalu
Donasi Rp 10.000
Default User
S*********i
4 bulan yang lalu
Donasi Rp 10.000
Default User
Alm Iip Syarif Hidayat
4 bulan yang lalu
Donasi Rp 10.000
Default User
Hamba Allah
4 bulan yang lalu
Donasi Rp 20.000

Tentang Kami

About Us
berbuatbaik.id ikut andil dalam aktivitas sosial dan kemanusiaan dengan menggalang dana sekaligus memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat.
About Us
berbuatbaik.id dan CTARSA Foundation bertanggung jawab penuh atas penyaluran dana donasi yang diterima.
About Us
Donasi yang diterima akan disalurkan 100% kepada yang membutuhkan tanpa dikenai potongan biaya apapun
About Us
Kamu bisa bergabung dengan komunitas Berbuat Baik menjadi relawan hingga mengajukan penggalangan dana ke berbuatbaik.id