Kembali
Derita dan Tangis Anak Penjual Bihun Gulung Pengidap Tumor Mata

Derita dan Tangis Anak Penjual Bihun Gulung Pengidap Tumor Mata

Rp 26.192.500
87.308333333333% Complete
Terkumpul dari Rp 30.000.000,-
Donasi Sekarang
Donasi Sekarang

Kisah pilu datang dari balita menggemaskan bernama Arumi Nashya Rezita. Balita berusia 14 bulan ini harus berjuang dan hanya bisa menangis menahan rasa sakit karena tumor mata yang menyerang mata kirinya yang mengakibatkan matanya membengkak sebesar bola tenis.

Ibunya, Sici Mughniyah (29) menceritakan bahwa penyakit ini telah menjangkiti anaknya ketika ia baru berusia sepuluh hari. Berbagai upaya telah dilakukan Sici untuk pengobatan anaknya tetapi anaknya tak kunjung sembuh.

Foto:berbuatbaik.id

“Udah bener-bener lemes banget. Ada satu jam nangis terus di rumah sakit Adhyaksa. Dikiranya sakit biasa gitu, pas ketauan tumor langsung bener bener lemes, Ga kuat. Sempet cekcok juga kan. Waktu di dalam kandungan waktu itu, selama di USG ga ada penyakit apa atau gimana.

Pas lahiran juga normal anaknya. Semua itu kejadian dadakan. Ga disangka-sangka,” ungkap Sici Mughniyah kepada tim berbuatbaik.id di kediamannya di Cipayung, Jakarta.

Sici yang seorang ibu rumah tangga hanya menghabiskan seluruh waktunya untuk merawat Arumi dan mendidik anak pertamanya, Nur Qholifah, yang sudah berusia 6 tahun. Sarman (42) dengan profesi serabutannya itu juga tak pernah berhenti memeras keringat hanya demi mendapatkan upah yang tak mencukupi itu.

Foto:berbuatbaik.id

Berbagai pekerjaan ditekuninya, dari tukang AC, kuli bangunan, dan penjual bihun gulung hanya untuk membahagiakan keluarga tercintanya. Mereka juga kerap kali berhutang kepada tetangganya hanya untuk menyambung hidup. Belum lagi ketika Sarman harus menganggur karena tak ada panggilan.

“Kalau saya hanya ibu rumah tangga, sekedar ngurus anak saja. Pengennya sih sambil-sambil kerja atau usaha. Cuman kan namanya bapaknya serabutan kan kerjaannya ga tetap sama penghasilannya juga. Kalau penghasilannya lagi enak di atas 50 ribu, ya enak. Kalau lagi di bawah 50 ribu ya itu, kadang-kadang gali lubang tutup lubang, pinjam sana sini,” ujar Sici.

Selain untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya akomodasi pengobatan anaknya, Sici dan Sarman juga harus membayar kontrakan sebesar Rp 500 ribu sebulan. Hal tersebut belum termasuk untuk biaya kebutuhan mendesak Arumi, seperti susu dan juga popok.

Foto:berbuatbaik.id

Namun, di tengah-tengah masalah yang dihadapi keluarga kecil ini, mereka tidak berputus asa pada rahmat Yang Mahakuasa. Meski sempat terpintas di benak Sici untuk mengakhiri hidupnya, Sici tetap tegar menghadapi segala cobaan yang datang kepadanya. Senyuman yang tercipta di wajah kedua anaknya adalah satu-satunya alasan yang membuat Sici tetap hidup dan merawat buah hatinya.

“Awalnya memang sempet itu juga selain salah-salahan frustrasi, ini juga langsung pesimis mau ngakhirin hidup bener-bener awalnya. Karena memang gaada yang support kan. Cuma mikir lagi kebetulan kan anak yang pertama itu sayang banget sama aku. Yang tadi pikiran aku udah jelek, putus asa, udah serba salah, mau mengahiri hidup ya kan.Yaudah jadi semangat lagi. Kalau ga ada anak yang pertama mah udah gatau,” lanjutnya lagi.

Sebenarnya, Arumi terlahir normal sebagaimana anak pada umumnya. Namun, di hari ke-10 mulai timbul satu benjolan kecil di atas mata kirinya. Pada hari ke-11, benjolan kecil itu bertambah dan merambat ke mata bagian bawah. Setelah melalui berbagai rujukan dan penanganan dari rumah sakit, Arumi divonis dokter mengidap tumor mata dan terus membesar hingga sekarang. Sampai saat ini pula belum ada tindak lanjut operasi dan hanya mengandalkan salep serta minum obat untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah pembesaran pada tumor matanya.

Keluarga kecil ini juga harus dituntut nyaman untuk tinggal di rumah kecilnya itu. Rumah yang hanya berdinding triplek dan beratapkan asbes bisa dikatakan jauh dari kata layak untuk sebuah tempat tinggal. Meskipun begitu, kehangatan di keluarga ini tetap tercipta dari rasa cinta dan kasih sayang seorang ibu dan juga pengorbanan seorang ayah.

Kasih sayang kepada Arumi juga ditunjukkan oleh kakaknya, Qholifah. Di umurnya yang sangat belia itu, ia sudah memiliki harapan dan perhatian lebih kepada adiknya.

“Tapi kalau Arumi udah gede aku mau beliin baju. Kan Arumi gak punya baju. Kalau udah gede aku juga mau sekolah”, kata Qholifah.
Sahabat baik, mari kita bantu Arumi melawan tumor mata dan meringankan beban keluarga mereka.

Tak lupa juga untuk membantu Qholifah dalam mewujudkan cita-citanya. Sahabat baik, kamu dapat memberikan dukunganmu dengan Donasi di berbuatbaik.id. Donasi yang diberikan akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Yuk, berbuat baik mulai hari ini #sahabatbaik.

Donatur

Default User
Igid Wahyudi
5 hari yang lalu
Donasi Rp 2.000
Default User
I*********yati
11 hari yang lalu
Donasi Rp 10.000
Default User
S*********i
14 hari yang lalu
Donasi Rp 10.000
Default User
Igid Wahyudi
19 hari yang lalu
Donasi Rp 20.000
Default User
e*********
1 bulan yang lalu
Donasi Rp 5.000

Tentang Kami

About Us
berbuatbaik.id ikut andil dalam aktivitas sosial dan kemanusiaan dengan menggalang dana sekaligus memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat.
About Us
berbuatbaik.id dan CTARSA Foundation bertanggung jawab penuh atas penyaluran dana donasi yang diterima.
About Us
Donasi yang diterima akan disalurkan 100% kepada yang membutuhkan tanpa dikenai potongan biaya apapun
About Us
Kamu bisa bergabung dengan komunitas Berbuat Baik menjadi relawan hingga mengajukan penggalangan dana ke berbuatbaik.id