Langkah Paniyem begitu hati-hati saat menuruni jalan yang licin. Tangan Paniyem pun menggenggam erat sepotong kayu yang jadi penopang badannya.
Paniyem memang butuh usaha ekstra untuk berjalan lantaran sejak lahir tumit kirinya tak bisa menjejak dengan sempurna. Demikian juga telapak kaki kanannya. Hal itulah yang membuatnya pincang ketika berjalan.
Paniyem
|
Pagi itu, dia sudah bersemangat karena diperbolehkan memotong dan mengambil sendiri bambu punya tetangganya. Maka dengan tertatih-tatih, nenek 71 tahun ini memotong bambu-bambu yang diameternya begitu besar.
“Kakinya ini ngilu, yang kiri ini yang kalau dikasih sandal lepas terus,” kata Paniyem kepada tim berbuatbaik.id yang mendampinginya kala itu.
Bambu-bambu ini kemudian dipotong-potong dan dihaluskan lalu dianyam hingga membentuk keranjang. Setiap malam, Paniyem memilah dan mengayam bambu ini dan keesokan harinya dia jual keliling desa Sumbertangkil, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jatim.
![]() |
Berkilo-kilo jalan dia tempuh dengan menggendong banyak keranjang. Namun tidak banyak yang laku. Apalagi harga keranjang ini hanya Rp 20 ribu saja. Kalau sedang tak mujur seperti ini, Paniyem hanya menyantap mie instan untuk sehari-hari yang dia masak di dapur rumahnya yang begitu menyedihkan.
Dapur ini sudah sangat reyot, dindingnya bahkan sudah roboh tersapu tanah longsor di belakang rumahnya. Perabotan dapur pun tak layak lagi digunakan. Mirisnya kondisi itu semakin diperparah dengan bau kotoran hewan dari kandang kambing di belakang dapurnya.
![]() |
Sejak kecil kehidupan Paniyem memang keras. Sedari usia sekolah dia harus membantu keluarganya yang buruh tani. Paniyem sebenarnya pernah merantau ke Sumatera dan mencari penghasilan di sana hingga sukses membuat rumah di kampungnya. Namun sayangnya, dia kehilangan aset berharganya itu karena dijual oleh keluarganya.
Oleh karena itu, dia pun pasrah kehilangan semuanya dan hanya tinggal di rumah berdinding kayu yang berlubang dan rapuh, atapnya bocor hingga tak punya kamar mandi. Sebab tak punya kamar mandi ini lah, Paniyem sering menahan buang air kecil. Dia malu harus terus menumpang ke tetangga. Alhasil dia kini mengalami sakit darah tinggi, asam urat hingga kolesterol karena keengganannya buang air kecil menumpang tetangga.
![]() |
Tak ada yang bisa diharapkan Paniyem, kehidupan anak-anaknya pun tak jauh berbeda, sama-sama susah. Dari 6 anaknya, hanya Subroto yang tinggal dekat dengan Paniyem.
“Cita-cita pertama ke ibu itu cuma mau benerin rumah Ibu itu aja. Ini sebenarnya itu ada angan-angan sama temen-temen semua pemuda di sini itu mau mengajak sebenarnya cari kayu buat benahi rumah Ibu lagi, tapi kalau teman-teman cuma bilang gini kalau dikasih kayu tetap dihabiskan rayap lagi gitu katanya, apa sedikit demi sedikit kita kumpulkan aja buat beli bata,” jelas Subroto.
Buruh bangunan ini pun berharap, ada yang mau membantu hidup ibunya lewat berbuatbaik.id. Donasi dari sahabat baik akan berarti besar menopang hidup Paniyem. Kamu bisa mulai membantu Paniyem dengan klik Donasi sekarang juga.
Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.
Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang diikuti, berikut update terkininya.
Jika berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!
Mbah sibuk menganyam bambu untuk dijadikan keranjang saat tim berbuatbaik singgah ke rumahnya di Desa Sumbertangkil, Kabupaten Malang, Jatim. Tangan-tangan tuanya yang sudah kapalan di mana-mana tak membuat Si Mbah meringis kesakitan. Tim berbuatbaik.id yang datang jauh dari Jakarta pun menemaninya duduk di dipan Mbah Paniyem yang kondisinya kian lapuk.
Si Mbah yang tidak lancar berbicara bahasa Indonesia ini pun tersenyum sembari menunjuk beberapa barang bantuan yang diberi orang-orang dan perangkat desa setempat, ada lemari, kasur hingga penanak nasi elektronik. Namun semua itu kontras dengan tempat tinggalnya yang masih berlantaikan tanah dan juga dinding papan yang sudah bolong di mana-mana.
![]() |
Tim pun meminta izin untuk menyusuri lebih dalam rumah Mbah yang terdapat dapur dan juga satu kamar di dalamnya. "Itu kamar Mak saya dulu, Mak sudah tidak ada," kata Mbah paniyem dengan lirih.
Tampak di kamar ini banyak barang bertumpuk tak keruan begitu pun peralatan di dapur. Mbah masih mengandalkan kayu bakar untuk memasak sehari-hari.
Beruntung saat itu, tim berbuatbaik.id membelikan sembako dan juga selimut agar sewaktu hujan dan malam hari Mbah bisa bertahan dari hawa dingin yang menusuk masuk melalui lubang-lubang di dindingnya.
"Senang, terima kasih," kata si Mbah yang malu.
![]() |
Walau tak banyak bicara senyuman Mbah Paniyem menyiratkan rasa syukur atas pemberiaan sahabat baik kepadanya. Dia pun menceritakan masih rajin berjualan meski kakinya terkadang membengkak akibat jalan yang begitu jauh. Mbah Paniyem masih tetap membuat keranjang dan berkeliling menjajakan keranjangnya dengan harga Rp 20 ribu.
"Sehari hanya laku 1 saja," ucapnya pasrah.
Dibanding dengan susah payahnya Mbah berjualan, ada yang lebih menyayat hati bagi Mbah Paniyem. Rupanya dia menahan rindu pada anak ke-2 nya yang merantau bekerja di Jawa Tengah dan tak kunjung pulang menengoknya.
"Anak saya nomor 2 kerja di Jawa Tengah," ucapnya berkaca-kaca hendak meneteskan air mata.
Tim berbuatbaik.id pun berusaha menghibur Mbah Paniyem dan berusaha menguatkan lansia yang hidup sendiri ini. Patut disyukuri juga, mesi tinggal sendiri, Mbah masih diperhatikan tetangga-tetangganya serta satu anak yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Muhammad Alianto, salah satu relawan berbuatbaik.id dan tetangga yang memperhatikan benar kondisi Mbah Paniyem.
![]() |
Alianto mengatakan saat ini Mbah begitu membutuhkan rumah yang layak agar dia tidak lagi merasakan kedinginan dan juga dirinya khawatir akan keselamatan Mbah Paniyem jika lama berdiam di rumah tersebut saat hujan deras.
Sahabat Baik, sampai saat ini penyaluran tahap pertama mencapai Rp 1 juta yang dimanfaatkan untuk membeli sembako dan juga membantu hidup Si Mbah. Selanjutnya, masih banyak bantuan yang dibutuhkan agar rumah layak untuk Mbah Paniyem terlaksana. Ayo sahabat baik mulai Donasi sekarang juga!
Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.
Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang juga!