Di dunia yang serba cepat ini, kebaikan sering terasa seperti sinyal lemah yang hampir hilang di antara semua kebisingan. Semua orang sibuk bicara, tapi sedikit yang benar-benar mendengar. Banyak yang ingin dimengerti, tapi lupa mencoba mengerti.
Saat segalanya terekam, dibagikan, diukur dengan likes, tak jarang kebaikan ikut jadi konten. Padahal, kebaikan paling tulus justru yang nggak terekam kamera dan terjadi diam-diam, tanpa caption, apalagi tepuk tangan.
Kebaikan sering kali kecil, tapi hangat. Sederhana, tapi berarti. Seperti seseorang yang rela antre lebih lama agar orang lain bisa duluan, atau yang masih sempat nyapa satpam dengan senyum di pagi hari. Kebaikan sejati tak selalu butuh sorotan, cukup niat yang murni dan hati yang lembut.
![]() |
Di zaman yang sarkastik, empati sering dikira lemah. Tulus dikira modus dan sabar dianggap bodoh. Justru di situ nilainya ketika kamu tetap memilih jadi baik, di saat dunia nggak ngasih alasan untuk itu. Jadi baik bukan berarti selalu benar. Tapi berarti kamu sadar bahwa dunia ini udah cukup dingin, dan seseorang harus mulai menyalakan sedikit kehangatan.
Nggak semua kebaikan langsung berbalas. Kadang malah dicuekin atau dibales sinis. Tapi percayalah, setiap kebaikan punya cara sendiri buat balik ke kamu. Entah lewat senyum yang nggak kamu sadari, atau lewat hati yang lebih tenang malam ini. Karena yang memberi kebaikan, sejatinya sedang menolong dirinya sendiri menjaga nurani agar tetap hidup di tengah dunia yang keras.
Kebaikan nggak harus nunggu kaya, nunggu siap, atau nunggu waktu senggang. Bisa mulai sekarang, dari mana aja, sekecil apa pun. Bantu orang sekitar, atau bantu sesama lewat berbuatbaik.id satu klik donasi bisa jadi titik terang buat orang lain yang lagi berjuang di sisi dunia yang kamu nggak lihat.
Jadi, kalau hari ini kamu merasa dunia ini terlalu ribut, keras, dan dingin mungkin itu tanda harus segera berbuat baik. Mulai jadi baik, bukan karena dunia pantas, tapi karena kamu tahu tanpa kebaikan, kita semua nggak akan sampai ke mana-mana.