Kembali
Kisah Sedih Anak Pekerja Serabutan, Alami Hidrosefalus dengan Tubuh Tak Berdaya

Kisah Sedih Anak Pekerja Serabutan, Alami Hidrosefalus dengan Tubuh Tak Berdaya

Tidak seperti anak-anak di usianya, Muhammad Azril (3) hanya bisa terbaring tak berdaya di rumahnya Cariu, Bogor, Jawa Barat. Bukan tanpa sebab, hidrosefalus lah yang membuat Azril sulit bergerak bahkan untuk mengangkat kepala karena cairan serebrospinal di rongga otaknya sudah bertumpuk hingga membuat kepalanya membesar. Hanya sang ibu lah, Lena Laelasari (32), yang setia mendampingi Azril yang kerap dibaringkan dalam ayunan kain.

"Tiduran aja kalau dia itu paling kita gendong pakai kain, bawa puter-puter, bisa megang kue masukin ke mulutnya, bisa gigit-gigit gitu doang, kepala gerak-gerak bisa, mata biasa, geleng-geleng gini, bangun nggak bisa, kalau gerak sih engga. Perkembangannya banyak sih kalau sekarang, Dulu kan tangannya gak bisa lebar, sekarang mah bisa megang, kalau dulu mah nggak bisa, makan makin banyak dulu mah dikit, udah dikit lama lagi, Kalau sekarang mah hampir banyak," kata Lena kepada tim berbuatbaik.id

Foto:berbuatbaik.id

Tidak ada lagi keluh kesah yang keluar dari mulut Laela, bahkan air mata Laela pun sudah kering meratapi nasib belahan jiwanya ini.

"Awalnya sih sedih kenapa harus menimpa Dedek, balik lagi sih kita harus nerima, semangat buat si Dede ya, pokoknya gimana ya nggak bisa diungkapin dengan kata-kata. Pernah sempet kayak gitu (terpuruk) gimana ya ya harus dari diri kitanya support dari keluarga juga yang bikin kuat," sambungnya.

Ia masih mempunyai sisa-sisa harapan agar kelak Azril bisa sembuh. Laela mengaku Azril pernah menjalani pembedahan V-P Shunt untuk melepaskan tekanan dalam otak. Pembedahan ini juga meliputi pemasangan alat kesehatan berupa selang dan katup pemompa cairan yang ditanam di bawah kulit Azril. Selang dan katup ini memanjang dari selaput otak sampai perutnya.

Foto:berbuatbaik.id

"Harusnya mah pas umur 2 bulan operasi, ini kan 4 bulan baru operasi, ya karena keuangan itu terus BPJS-nya juga terlambat, jadi nggak bikin dulu BPJS, bikinnya pas sudah lahir dia baru bikin. Ini mah udah keras (kepala Azril), tinggal kitanya aja yang sabar, dipasang selang dari kepala sampai dibuang ke air pipis," jelas Lena yang saat ini tinggal menumpang di rumah ibunya.

Lena mengatakan berat badan Azril pernah terus menurun dan kerap mengalami kejang-kejang. Azril pun tidak bisa diberi makanan berat hanya susu dan makanan bertekstur lembut.

"Iya Saya khawatir gitu aja takut kayak nggak bisa kayak anak-anak biasa nggak bisa jalan. Saya nyemangatin diri sendiri, paling mintanya sih sabarnya kuat. Dedeknya yang sehat udah senang, Dedek sehat nggak sakit-sakitan nggak kejang-kejang kayak dulu, udah termasuk berkah, dulu mah sehari bisa sampai tiga kali sekarang Alhamdulillah 3 bulan terakhir ini nggak (kejang)," pungkas ibu rumah tangga ini.

Foto:berbuatbaik.id

Keluarga ini pun mengakui bahwa tidak bisa semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan dan kesembuhan Azril karena ayahnya, Edi (33), hanya buruh serabutan. Semua dia lakukan mulai dari menggembala, kuli bangunan, tukang service dan lain-lain. Walau demikian, Edi bertekad pekerjaan apapun dia lakukan asalkan halal.

"Saya mah kuli, setengah hari paling Rp 70.000 dari jam 07.00 sampai jam 12.00 sampai zuhur. Sebetulnya kebutuhan susu itu agak berat, buat beli kan satunya hampir Rp 70.000, sebulan itu hampir 5 sampai 6 dus, belum Popok, obat harus tebus kan dan vitamin obat sarafnya lumayan juga sih," imbuh Edi.

Dengan penghasilan tak tentu itu menyebabkan Azril terpaksa berhenti berobat padahal dokter spesialis syaraf menganjurkan Azril kontrol rutin. Apalagi Azril disarankan untuk segera menjalani penggantian V-P Shunt baru saat usianya 5 tahun.

"Kalau di daerah sini kan kita suka sewa, kalau di sini sewa ke rumah sakit, mobil saja Rp 200.000 buat mobil doang, belum bensin belum sopir, seharian mobil doang. Buat mobil doang itu Rp 600 itu habis. Harusnya itu (kontrol) seminggu sekali terakhir harusnya mah, terakahir itu ada 4-5 bulan yang lalu ga ke dokter," lanjut dia.

Foto:berbuatbaik.id

Sama seperti sang istri, dia pun berharap kesembuhan bagi Azril sembari dirinya terus bertawakal dan ikhlas.

"Masih merasa gimana ya, itu kan udah takdir yang kuasa, ya mau gimana lagi ya terima aja, harapannya pengen sembuh kayak orang-orang normal, bisa jalan bisa kayak anak-anak yang lain itu harapannya. Harus rajin kontrol harus yakin sama yang kuasa Insya Allah," tutup Edi sembari menahan tangis.

Kesedihan Lena dan Edi merupakan kesedihan juga bagi para sahabat baik. Tak ada satu pun orangtua yang tak mau bersungguh-sungguh untuk kesembuhan anak mereka. Kendati demikian, alangkah semakin ringan beban hidup keluarga Azril jika kita bersama membantu Lena dan Edi.

Dengan doa dan juga ikhtiar donasi setidaknya menjadi secercah harapan kesembuhan bagi Azril. Mari sahabat baik mulai Donasi di berbuatbaik.id untuk kehidupan Azril semakin baik.

Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.

Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang diikuti, berikut update terkininya. Jika berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.

Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!

Donasi Sekarang