Kembali
Nasib Pilu Keluarga Pencari Cengkih, Memunguti Rupiah Guna Bertahan Hidup

Nasib Pilu Keluarga Pencari Cengkih, Memunguti Rupiah Guna Bertahan Hidup

Siang terik di Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jawa Timur tidak menyurutkan semangat Sutiyem (38) memunguti satu demi satu plolong. Di kebun milik orang ini, Sutiyem harus mengerahkan ekstra tenaga untuk mencari buah cengkih tersebut karena dirinya bekerja sembari menggendong anak bungsunya, Soleman.

Foto:berbuatbaik.id

Mau bagaimana lagi, meski telah berumur 2,5 tahun, Soleman masih belum bisa berjalan dan tak bisa dibiarkan duduk sendiri. Hal itu karena Soleman mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Sutiyem pun pasrah menerima keadaan Soleman karena kerterbatasan biaya untuk memeriksakan anak keempatnya itu. Baginya cukup mantri yang diandalkan untuk menyembuhkan Soleman dan tanpa penanganan lebih lanjut.

Foto:berbuatbaik.id

Setiap mencari bunga cengkih ini ada anak sulungnya Murtina yang sigap membantu. Namun walau begitu keras mereka mencari plolong, hanya 5 kilogram plolong yang mereka dapat setiap hari. Harga per kilogramnya hanya Rp 4 ribu, tentunya bukan jumlah yang besar untuk menghidupi 4 anak dan suaminya.

Nasib serupa juga dialami sang suami, Kuswadi, yang tak punya pendapatan tetap. Jika bekerja di kebun orang, dia bisa mendapatkan Rp 50 ribu satu hari. Namun jika sedang tak ada tawaran pekerjaan maka Kuswadi mengumpulkan daun cengkih untuk disuling dan dijadikan minyak urut.

Foto:berbuatbaik.id

Kuswadi bisa mendapatkan Rp 170 ribu dari per liter minyak cengkih yang dijual. Namun untuk mengumpulkan 1 liter minyak membutuhkan waktu yang sangat lama. Apalagi lahan penyulingan harus dia sewa, begitupun dengan alat-alat penyulingan. Dengan keadaan seperti ini, tentu nasib pekerjaan Kuswadi juga hampir serupa dengan sang istri.

"Saya makan dua kali satu hari, yang penting anak-anak bisa makan. Kalau anak-anak kenyang, ya sudah. Saya bisa makan dari pemberian orang pemilik kebun," ungkapnya kepada tim berbuatbaik.id beberapa waktu lalu.

Kuswadi memang harus berpikir dan berusaha keras perihal makanan. Sebabnya, nyaris setiap hari jika uang semakin menipis, mereka hanya mengandalkan daun singkong yang tumbuh di perkarangan sebagai lauk. Keluarga ini pun bersama-sama menyantap nasi berikut daun singkong dari satu mangkuk plastik yang sama dengan suapan yang saling bergantian.

Keprihatinan keluarga pencari cengkih tersebut tak hanya sampai di situ, mereka juga harus berjejalan di satu tempat tidur sempit bersama-sama saat malam hari. Terkadang sang ayah mengalah dan tidur di ruang tamu di rumah berukuran 3x6 m ini. Sementara untuk urusan kakus dan mandi, Sutiyem dan suami menumpang di rumah tetangga sedangkan anak-anak mandi di penampungan air terdekat tanpa sekat.

Foto:berbuatbaik.id

Meskipun hidup dalam berbagai keterbatasan, senyum keluarga ini tak pernah hilang seolah menggambarkan ketegaran yang begitu kuat. Bagi mereka, selama bersama-sama, hidup terasa begitu bermakna. Kendati demikian, alangkah semakin membahagiakan jika sahabat baik turut menjadi bagian dari keluarga ini dengan membantu meringankan penderitaan mereka.

Berikan terus semangat untuk keluarga ini. Caranya dengan Donasi sekarang juga. Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.

Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.

Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.

Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang juga!

 

Donasi Sekarang