Kembali
Asa Pak Bejo, Tempuh Puluhan Kilo Berjualan Sapu dengan Kursi Roda

Asa Pak Bejo, Tempuh Puluhan Kilo Berjualan Sapu dengan Kursi Roda

Seruan Pak Bejo siang itu terselip di antara ramainya hingar bingar kendaraan di sudut Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Dengan suara lantang, pria berusia 63 tahun ini bersemangat menjajakan peralatan rumah tangga yang dia bawa.

"Sapu... Sapu bu?" teriaknya.

Tidak seperti penjual lainnya, Pak Bejo berjualan di atas kursi roda. Segala peralatan rumah tangga ditaruh di pangkuannya. Dengan semangat, dia putar terus menerus roda kursi tersebut hingga puluhan kilometer dari kediamannya di Kecamatan Bayan hingga pusat kota Purworejo.

Foto:berbuatbaik.id

"Ya, sampai Butuh, sampai Nggabah, paling jauh Nggrabah Purworejo. ya bisa sampai Banyuurip juga bisa, tapi paling jauh Purworejo," ujarnya saat ditemui berbuatbaik.id

Dagangan itu dia jual dengan harga berkisar Rp 10 hingga Rp 50 ribu. Harga tersebut tentu tak sepadan dengan perjuangannya berkeliling menjual ragam alat rumah tangga dari atas kursi roda. Sebab terkadang dagangan di pangkuannya berjatuhan ke jalan. Kalau sudah begitu dia hanya berharap ada orang yang mau membantu memungutinya.

Foto:berbuatbaik.id

Pak Bejo sebenarnya tidak terbiasa menerima bantuan orang lain. Selama hidupnya dia bertekad untuk mandiri, mengurus semuanya sendiri. Dia pun memilih tidak menikah, sehingga tak ada keluarga yang membantunya. Walau terkadang, adiknya di desa sebelah menengok dan mengecek keadaan Pak Bejo.

Dari cerita Pak Bejo, kelumpuhannya itu terjadi saat kecil. Waktu itu, dia mengalami panas tinggi namun karena penanganan medis yang salah, justru penyakitnya bertambah parah. Hingga akhirnya dia tak bisa berjalan sampai sekarang dan tulang punggunya pun kaku.

Namun, Pak Bejo pantang menyerah. Dia pun belajar menganyam untuk dijadikan beberapa bakul nasi yang kemudian dia jual ke pelanggan. Untuk memperoleh anyaman bambu ini, Pak Bejo bahkan menebang sendiri bambu-bambu di perkarangan rumahnya. Dalam hal ini, Pak Bejo panjang akal. Dia memotong batang bambu sembari bertumpu di lutut hingga satu demi satu batang bambu berhasil dia tebang.

Foto:berbuatbaik.id

Walau Pak Bejo kelihatan tegar, terkadang terselip kesedihan. Suaranya parau saat menceritakan kembali kisah adiknya, Pak Jumali yang telah mendahuluinya kembali ke haribaan Tuhan. Keduanya dulu mengalami susah senang bersama, bahkan sama-sama menjalani hari-hari di atas kursi roda.

Kalau rasa rindu terhadap adiknya tak tertahankan, Pak Bejo merapalkan doa-doa agar sang adik mendapat tempat yang baik. Pak Bejo pun semakin sedih saat tak satu kalipun dia bisa menyambangi pusaran sang adik. Sebabnya, jalan menuju pemakaman yang tak ramah disabilitas sehingga bisa membuatnya terjungkal.

 

Foto:berbuatbaik.id

"Ya merasa seperti itulah. Tapi mau bagaimana lagi. Saya ya pasrah saja ya. Sudah kehendak Allah, yo wes seperti itu lah. Saya ndak bisa gimana-gimana lah, gitu aja bisanya. Kangen ya kangen tapi mau bagaimana lagi. Sudah waktunya begitu lah," ucapnya pelan.

Sahabat baik, kesedihan Pak Bejo tentu menjadi kesedihan kita bersama. Perjuangan Pak Bejo juga jadi perjuangan kita bersama sebagai manusia yang peduli ke sesama. Jangan biarkan, dia merasa sendiri di kehidupan yang begitu getir.

Bantu Pak Bejo dengan mulai Donasi sekarang dan wujudkan keinginan Pak Bejo mendapatkan kursi roda baru. Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.

Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.

Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.

Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!

Donasi Sekarang